Khamis, 12 Januari 2012

Novel Cinta Brunei

Aku Mencintai Mu

Jam loceng berbunyi tepat pukul lima pagi, aku terus bingkas bangun dan mandi, selesai saja mandi aku terus keluar dari bilik dan menuju ke dapur, aku mahu memasak daging kari untuk di makan bersama kelupis nanti. kelihatan nya tuti belum bangun lagi, mungkin ia keletihan kerana seharian ia mengemas rumah kemarin, biarlah aku saja yang memasak daging kari, aku menyediakan bahan-bahan masakan, bila saja aku menumis bawang, tiba-tiba aku merasa mual, kepala ku pening menghidu bau nya, tapi aku masih dapat bertahan, aku memasukkan serbuk kari ke dalam masakan ku, aroma masakan ku semakin menusuk ke rongga hidung ku sehingga aku inda dapat menahan mual ku lagi, aku terus menuju ke sinki dan memuntahkan nya, kepala ku berdenyut-denyut rasa nya, penglihatan ku mulai kabur, tapi aku tetap memaksakan diri untuk menghampiri masakan ku, tiba-tiba ada seseorang menepuk bahu ku dari belakang, belum pun sempat aku menoleh, penglihatan ku sudah menjadi gelap, aku pengsan dan inda sedar apa yang sudah terjadi keatas diri ku.

Bila saja aku sedar ku lihat rashid duduk di sisi kanan ku, mummy duduk di sisi kiri ku, mana kala daddy dan iqbal berdiri di belakang rashid, "alhamdulilah, nia sedar jua," ucap mummy sambil tersenyum, "sayang, are you ok?" tanya rashid cemas, "nia ok, pening sikit saja," jawab ku, "nasib baik mummy awal bangun tadi, kalau inda, abang inda dapat bayangkan apa yang akan terjadi, api lagi masih berbuka, abang risau kan sayang, syukur tah kalau sayang inda apa-apa, abang kan ke masjid pulang ni, tapi.. Sayang benar-benar inda apa-apa ni ah?" tanya rashid lagi, ia begitu risau dengan keadaan ku, "awu bang, nia ok, aga tah ke masjid dulu, bawa iqbal atu jua, mummy ada jua ni menjaga nia di sini," ujar ku, rashid mengucup dahi ku, "abang jalan dulu ah, sayang rehat saja, biar tuti menyambung masak," kata rashid, aku hanya menganggukkan kepala ku, tanpa berlengah lagi ia terus keluar dari bilik bersama daddy dan iqbal. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 6.37 pagi, aku mahu melihat masakan ku tapi di halang oleh mummy, "nia rehat saja dulu, pucat masih muka nia atu, biar mummy saja yang dangankan tuti di dapur, lagipun mummy sudah beransur sihat semenjak kedatangan kamu di rumah ani," jelas mummy rashid, "maaf kan nia ma, menyusahkan kita pulang, nia inda tahu kenapa nia terus-terus pening ani," kata ku, "inda apa nia, inda jua menyusahkan, nia rehat saja dulu, inda cukup tidur kali pasal di malam nia akhir tidur menyediakan kelupis sama ketupat untuk di hidang pagi ani, lepas tu awal lagi nia bangun menyediakan kari daging, terima kasih nia, mummy bangga dapat menantu sebaik dan serajin nia, mummy menyesal dengan kelakuan mummy arah nia selama ani," ujar mummy rashid, aku hanya tersenyum memandang nya, "jangan tah di ungkit yang sudah lepas atu mummy, nia sudah melupakan semua atu," jelas ku, mummy rashid mengusap rambut ku, "mummy ke dapur dulu, kalau ada apa-apa panggil saja mummy," kata mummy rashid, ia terus berdiri dan meninggalkan aku sendiri dalam bilik.

Pening ku sudah mulai berkurang, aku bingkas bangun untuk bersiap-siap, inda lama lagi rashid dan iqbal balik dari masjid, aku inda mahu mereka risau dengan keadaan ku di pagi ani, aku mahu menyambut kepulangan suami dan anak ku yang tersayang dan menjamu mereka dengan kelupis dan ketupat yang telah aku sediakan. Setelah siap mengoleskan sedikit bedak di muka dan memakai tudung aku pun keluar dari bilik dan menuju ke dapur, ku lihat mummy dan tuti masih sibuk menyiap-nyiapkan hidangan di meja makan, "nia.. Jangan tah di angkat tu, berat tu, biar tuti saja mengangkat, nia duduk saja dulu," mummy rashid menghalang ku untuk mengangkat yang berat-berat, tanpa membantah aku terus saja meninggalkan mummy dan tuti di ruang dapur dan menuju ke ruang makan, aku menyusun hidangan yang sudah ada di meja makan. Jam sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi tapi daddy, rashid dan iqbal belum jua balik dari masjid, hati ku mula merasa resah, sekajap duduk sekajap berdiri, aku jadi inda tentu arah, kenapa rashid belum balik lagi? Entah berapa kali kah aku melirik ke arah jam di dinding, aku sendiri inda tahu. Aku cuba menghubungi rashid tapi handphone nya inda aktif.. Aku hanya mampu berdoa semoga inda ada apa-apa yang buruk terjadi, semoga Allah melindungi dimana saja mereka berada.

"assalammualaikum!" terdengar seperti suara rashid memberi salam, aku terus menuju ke pintu utama, mummy rashid mengikuti ku dari belakang. "abang," kata ku perlahan, aku menghampiri suami ku dan terus bersalaman dan aku mencium tangan nya, tanpa sedar airmata ku mengalir di saat bibir ku menyentuh tangan nya, betapa takut nya aku akan kehilangan rashid, "maaf kan nia, bang," ucap ku perlahan, rashid mengesat airmata ku, "sama-sama sayang, abang pun minta maaf jua.." ucap rashid, ia terus mengucup dahi ku, "ehem," aku tersedar saat ada yang berdehem di belakang rashid, aku mengesat sisa-sisa airmata ku, "sayang, cuba lihat siapa abang bawa," kata rashid, ia melangkah ke siring agar aku dapat melihat siapa yang ada di belakang nya, "mama!" jerit ku perlahan, mama tersenyum melihat ku, aku terus mencium tangan mama dan memeluknya, rupanya rashid singgah untuk menjemput mama, diana dan daniel di rumah, patut lah akhir balik, "selamat hari raya ma, nia minta maaf.. Nia banyak menyusahkan mama selama ani," luah ku, mama hanya menggosok-gosok belakang ku, "ka nia," diana menegur ku, mama terus meleraikan pelukan nya, mungkin memberi peluang untuk diana dan daniel bersalaman dengan ku, "ana minta maaf, ka nia," ucap diana setelah mencium tangan ku, kami berpelukan seketika, "maaf kan daniel jua ka nia," ucap daniel pula, aku memeluk nya, betapa rindu nya aku dengan keluarga ku. Aku menghampiri daddy rashid yang masih lagi berdiri di sebelah mummy rashid, aku bersalaman dan meminta maaf dengan daddy dan mummy rashid, "mama," sahut iqbal, ia terus menghampiri ku, "selamat hari raya, iqbal pun minta maaf jua ma," ucap nya saat mencium tangan ku, aku tersenyum melihat tingkahnya, "sama-sama sayang, mama sayang iqbal.." aku terus memeluk iqbal dengan erat. "ehem.. Inda kan berdiri di sini saja? Masuk tah dulu di dalam lagi sambung sambil makan-makan," daddy rashid tiba-tiba bersuara memecah suasana keheningan tika ini, aku terus meleraikan pelukan ku, dan membawa iqbal menghampiri rashid, kami terus masuk menuju ke ruang makan. Pertama kali nya keluarga ku dan keluarga rashid berkumpul dan makan bersama.

Suasana di rumah rashid riuh rendah dengan hilai tawa kami kerana kerenah daniel dan iqbal yang begitu mencuit hati. Bila saja aku hendak menyuap kelupis yang sudah di kuahkan dengan kari daging ke mulut ku, mual ku datang lagi, aku menutup mulut ku dan mencuba untuk menelan kelupis yang sudah masuk ke dalam mulut ku, entah kenapa aku inda dapat menelan nya malah aku mahu muntah, terus saja aku menuju ke sinki dapur, "kenapa sayang? Are you ok?" tanya rashid, rupanya ia mengikuti aku ke dapur, belum sempat aku menjawab pertanyaan nya aku merasa mahu muntah lagi, rashid menggosok-gosok belakang ku, "nia ok, mungkin masuk angin saja kali, nia inda ada selera kan makan," jelas ku, aku menatap wajah rashid, sepertinya rashid terlalu risau dengan keadaan ku, "abang telefon doktor ilham dulu ah," kata rashid, "inda payah bang, nia ok, dulu pun nia pernah macam ani, nia bagi minyak angin saja, inda payah susah-susah," aku memegang tangan rashid dan menghalang nya, aku inda mahu di hari gembira ani akan membuat mereka risau dengan keadaan ku, aku yakin bahawa apa yang aku alami ani bukan lah satu penyakit yang serius. "tapi sayang.." belum pun rashid sempat meneruskan kata-kata nya aku terus meletakkan jari telunjuk ku di bibir nya, "sudah tah, nia ok sudah bang, hanya dengan kasih sayang yang abang berikan segala kesakitan nia sembuh dengan sendiri nya, nia cinta kan abang.." luah ku, rashid tersenyum dan terus memeluk ku, "abang pun mencintai sayang, sangat cinta," bisik nya di telinga ku, "ehem," suara deheman mengejutkan kami, dengan pantas pelukan kami terlerai, "hmm batah mummy tunggu kamu di ruang makan, mummy fikir ada papa terjadi arah dania, rupanya beramah mesra kamu di sini ani, bah masuk tah dulu, makan sama-sama, karang lagi menyambung dalam bilik," usik mummy dengan senyum lebar nya, aku hanya menunduk kan muka ku kerana malu dengan usikan mummy rashid, "abang tu.." rungut ku perlahan setelah mummy masuk meninggalkan kami, "inda jua papa, halal kali ah," jawab rashid dengan selamba, "ish.." aku menghempas lengan nya perlahan, rashid tertawa melihat muka ku yang tentu nya merona merah kerana menahan malu, "lakas tah masuk sayang, karang daddy pulang kemari lagi," ujar rashid, ia memegang tangan ku dan membawa ku masuk ke ruang makan.

"kenapa nia?" tanya mama sebaik saja aku melabuhkan punggung ku di kerusi sebelah rashid, "inda papa ma, masuk angin saja," jawab ku, "jangan tah watir jah, kalau nia sakit mesti lakas baiknya tu, pasal ubat nya ada di sebelah nya atu," usik mummy pula, hilai tawa mereka memenuhi ruang makan ani, aku hanya tertunduk malu. "lepas ni baik tah tani bincangkan pasal persiapan hari persandingan rashid sama dania ani, kelurusan berkumpul ani jua," kata daddy rashid setelah tawa mereka reda, mama dan mummy rashid hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. Aku hanya memerhatikan mereka menikmati kelupis dan ketupat yang terhidang, sesekali aroma kari menusuk ke rongga hidung ku dan membuat kepala ku pening, tapi dapat ku tahan kan. "kenapa nia inda makan?" tanya mama, "nia inda ada selera ma, karang saja nia makan kalau nia lapar," jelas ku, mama dan mummy rashid berpandangan, "kan menimang cucu kali lagi aku ni jah," kata mummy rashid, mama hanya tertawa kecil mendengarkan nya, cucu?? Aku hamil?? Hmm entah lah.. Rashid terus memandang ku dan memegang perut ku, "sayang hamil?" tanya nya, "mana ada, masih terlalu awal.." jawab ku, aku sendiri inda yakin kalau aku hamil, mungkin kerana usia pernikahan kami baru jua sebulan lebih. Selesai saja makan daddy rashid menyuruh berkumpul di ruang tamu untuk membincangkan persiapan hari persandingan kami yang akan berlangsung enam hari lagi, sementarg iqbal dan daniel sudah masuk ke bilik. Perbincangan sudah pun di mulai, aku hanya menyerahkan semua nya pada rashid untuk memilih warna baju yang hendak di pakai nanti, dan rekaan pelamin di pilih oleh mummy, mama hanya menyetujui nya saja. Raya tahun ni adalah paling meriah dan paling bermakna bagi ku walaupun jauh di sudut hati aku masih berharap agar ayah kembali ke keluarga kami dan menyambut raya bersama kami sekeluarga, tapi semua tu inda mungkin akan terjadi.

Seminggu sudah berlalu, rumah besar milik Pg Hj Abd Rahman sudah didatangi sanak saudara, suasana dalam rumah menjadi riuh rendah dengan gurau senda mereka, aku yang berkurung di dalam bilik pun terdengar keriuhan mereka, terasa begitu meriah sekali, aku tersenyum sendiri, inda lama lagi aku akan duduk di pelaminan bersama orang yang aku cintai, rashid. Teringat akan rashid, ia sudah di pindahkan di rumah saudara mummy nya yang berdekatan dengan rumah ini tadi pagi, terasa rindu pula bila berjauhan dari rashid, "hmm, ani hanya untuk sementara saja." bisik ku dalam hati, "wah! You look so pretty," puji penghias yang sudah siap mengoleskan make up di wajah ku, aku hanya tersenyum mendengar pujian nya. Hanya tinggal beberapa minit saja lagi upacara persandingan akan berlangsung, entah kenapa aku merasa takut, tangan dan kaki ku terasa bergetar, jantung ku berdegup kencang, pertama kali nya aku akan menjadi ratu sehari dan pastinya aku akan diperhati kan oleh orang ramai, aku menarik nafas sedalam-dalam nya dan mencuba untuk bertenang seketika.

Inda lama kemudian pintu bilik di buka, masuk lah mama dan mummy rashid, "nia sudah siap?" tanya mama, aku hanya menganggukkan kepala ku, "lawa menantu mummy.. Inda menyesal rashid memilih nia menjadi isteri nya," kata mummy pula, aku hanya tersenyum, "ka nia.. Pengantin laki sudah ada di luar rumah," kata diana yang tiba-tiba saja masuk ke bilik, mama dan mummy memimpin ku berdiri dari duduk ku, "hati-hati nia ah, perlahan saja," pesan mama kerana aku memakai kasut bertumit tinggi tika ini, aku melangkah keluar di dampingi mak andam dan juga mummy, sementara mama hanya mengikuti ku dari belakang. Bila saja aku menuruni anak tangga, ramai sanak saudara menghalangi jalan ku kerana mereka ingin mengambil gambar ku, setelah selesai aku meneruskan langkah menuju ke ruang tamu dimana pelaminan di letak kan, aku di duduk kan di kerusi pengantin layaknya seperti ratu, mak andam melap-lap peluh di muka ku sebelum suami ku di bawa masuk. Kedengaran pukulan hadrah di luar menandakan pengantin laki sudah keluar dari kereta nya, inda lama lagi rashid akan di bawa masuk, hati ku semakin berdebar namun aku tetap mengukir senyuman untuk menyembunyikan kegelisahan ku, terlihat rashid di pimpin oleh mak andam nya menghampiri ku, setelah rashid duduk di sebelah ku, daddy rashid mulai membaca doa. Selepas itu kami di arah untuk ke luar rumah agar para jemputan yang lain dapat melihat kami, tangan ku berpaut di lengan rashid, setelah itu kami masuk semula dan duduk di pelaminan lagi, para tetamu bersalaman dengan kami, dan tiba lah giliran seseorang yang cukup aku kenali, fahmi! Ya fahmi datang di hari persandingan kami, "selamat pengantin baru, dania," ucapnya sambil tersenyum, "terima kasih," balas ku, ia terus beralih ke arah rashid, "lepas ni aku harap kamu berdua berbahagia, aku inda mahu jadi kaunseling percuma buat kamu nanti," kedengaran suara fahmi mengusik rashid, aku hanya tersenyum mendengarkan nya, "kau jangan balik dulu, sudah lama tani inda jumpa, tunggu lah sampai acara ni selesai," kata rashid dengan perlahan. Setelah selesai sesi bersalaman, jurugambar yang di upah oleh rashid pun melakukan tugasnya, berbagai pose yang di arahnya, kami hanya menurut saja arahan jurugambar itu. Setengah jam kami berdiri dengan pelbagai pose, tiba-tiba saja kepala ku pening, berdenyut-denyut rasa nya, peluh mula membasahi seluruh tubuh ku, mungkin kerana aku terlalu lama berdiri, aku cuba bertahan namun denyutan di kepala ku semakin kuat, penglihatan ku mulai berpinar-pinar, "kenapa muka sayang pucat? Sayang ok?" tanya rashid, aku sudah inda berdaya untuk menjawab pertanyaan nya, aku memegang kepala ku dan menyandarkan tubuh ku ke badan rashid, "sayang kenapa ni?" tanya rashid cemas, "bang.." belum sempat aku meneruskan kata-kata ku, pandangan ku sudah menjadi gelap gelita, aku sudah inda sedar apa yang terjadi selepas atu.

Aku terdengar sayup-sayup suara memanggil nama ku, dengan perlahan aku membuka mata, ku lihat rashid dan daddy berdiri di sebelah ku, mama dan mummy juga ada di samping ku, di tangan ku pula tercucuk jarum yang mengalirkan air ke dalam tubuh ku, "alhamdulilah sayang sudah sedar.." ucap rashid dengan gembira, "nia dimana bang?" tanya ku lemah, "sayang di hospital masa ani, tadi nia pengsan masa bergambar, inda lagi sempat tukar baju abang terus bawa nia ke hospital, abang panik tadi, abang inda mahu sayang tinggalkan abang," jelas rashid, aku melihat pakaian ku, memang benar aku masih lagi memakai pakaian pengantin begitu jua dengan rashid, aku terus tersenyum. "nia kenapa? Doktor cakap apa?" tanya ku, mama dan mummy hanya tersenyum, aku menoleh lagi kearah rashid, "doktor cakap, nia akan.." kata-kata nya terhenti, aku sudah inda sabar menunggu rashid meneruskan percakapan nya, "nia akan apa?" tanya ku lagi, "akan.. Menjadi mama lagi.." aku seakan inda percaya mendengar penjelasan dari rashid, "nia hamil?" tanya ku lagi, "awu sayang, sayang hamil anak abang, abang sangat gembira, akhirnya abang ada anak lagi, terima kasih sayang," jelas rashid, ia terus mengucup dahi ku, betapa gembira nya aku saat ini, hanya tuhan saja yang tahu perasaan ku, aku sangat-sangat bersyukur kerana telah dikurniakan anak, akan aku jaga kandungan ku ini dengan baik. "usia kandungan nia masih enam minggu, nia jaga kesihatan ah, jangan angkat berat-berat," pesan mama, aku hanya tersenyum, inda sabar rasanya untuk menimang bayi, walaupun aku akan menimang anak sendiri, aku inda akan mengabaikan iqbal kerana aku menyayangi iqbal seperti anak ku sendiri. "iqbal mana bang?" tanya ku bila teringat akan iqbal, "iqbal di rumah sama daniel," jawab rashid, tangan ku masih lagi di genggam nya. "mummy balik dulu ah, ambil baju untuk nia sama rashid," ujar mummy, "bah, mama pun balik tah jua ah, kesian kita belum berehat dari tadi, nia ok jua sudah ni, biar rashid saja jaga nia di sini, mama rehat tah dulu," kata ku, "awu ma, balik tah dulu, rashid saja jaga nia di sini, mama rehat saja, kesian jua.. Mummy boleh hantarkan mama kan?" kata rashid pula, "boleh eh, lakas tah jah, kami saja menghantar kita," kata mummy, "bah mun macam atu, mama balik tah dulu nia ah, rashid.. Kalau ada papa telefon mama terus," pesan mama, mama terus memeluk ku, dan bersalaman dengan rashid.

Tinggal lah aku dengan rashid di dalam bilik yang berhawa dingin ini, "nia rehat tah dulu, abang inda mahu kalau nia keletihan, nia tu berbadan dua sudah, mesti banyak rehat," kata rashid, "nia sayang kan abang," luah ku perlahan sambil mengusap-usap pipi nya, rashid memegang tangan ku dan mencium nya, "abang pun sayang kan nia jua," balas rashid, rashid menghampiri muka nya ke arah ku, "ehem," tiba-tiba saja ada orang mengejut kan kami, kami menoleh ke arah pintu, "fahmi," kata rashid, "sorry, sorry, sepatut nya aku mengetuk pintu dulu," kata fahmi serba salah, "its ok, masuk tah," pelawa rashid, fahmi pun menghampiri kami, "nia ok? Sudah sihat?" tanya fahmi, aku menganggukkan kepala ku, "nia inda papa bro, ganya inda lama lagi akan ada orang baru dalam kehidupan kami," kata rashid sambil tersenyum, "really?? Wah.. Inda di sangka-sangka, congrates rashid, nia," ucap fahmi, "kau bila lagi? Tadi ku nampak kau ada bawa seseorang jua, siapa tu? Inda pun kau kenal kan arah kami," tanya rashid, aku hanya mendengar percakapan rashid dan fahmi, "ohh atu.. Hehe bakal orang rumah, malu ia tadi kan bersalam sama kamu, maklum tah pemalu lah katakan," jelas fahmi, "aiseh, bila hari nya tu? Jangan lupa kan kami ah.." ujar rashid, "insyaAllah masih dalam perancangan, inda jua ku dapat melupakan kamu tu, aku sudah anggap dania macam adik ku sendiri," jelas fahmi, mukanya terlihat seperti gembira, mungkin ia sudah menjumpai wanita yang betul-betul di cintai nya, aku pun turut gembira jua. Syukur lah akhirnya fahmi menemui cinta sejati nya jua.

Setelah dua hari di hospital aku pun di bolehkan balik ke rumah, lagipun aku sudah beransur pulih, aku di beri obat vitamin untuk menambah tenaga ku. Rashid memimpin ku sampai masuk ke dalam bilik, "kenapa abang bawa nia kemari? Macam mana dengan mummy?" tanya ku, "mummy sudah memberi kebenaran tani tinggal di rumah sendiri, lagipun abang mahu berdikari," jelas rashid, ia merangkul ku dari belakang dan meletak kan dagu nya ke bahu ku, "iqbal mana? Kenapa inda bawa ia terus? Kesian jua iqbal.." tanya ku lagi, "shh.. Sayang jangan banyak tanya, abang mahu luangkan masa bersama sayang dulu, karang tani ambil iqbal, inda papa kan?" kata rashid, "hmm.. Abang ni kan.." rungut ku, rashid semakin mengeratkan pelukan nya, "sayang.. Abang bersumpah, selagi abang masih bernafas, abang akan mencintai sayang dan membuat sayang bahagia, abang akan menjaga sayang dan anak-anak kita nanti, I Love You, Sayang!" bisik rashid di telinga ku, "I Love You too, abang!" balas ku, rashid memalingkan badan ku dan menghadap kearah nya, ia mengucup dahi ku, pipi ku, dan terus di bibir ku. Hanya tuhan saja yang tahu betapa aku mencintai nya, aku sangat bersyukur kerana telah di kurniai suami yang sangat baik dan penyayang. Rashid.. Aku sangat mencintai mu.. Sangat cinta..

-THE END-

Tiada ulasan:

Catat Ulasan