Rabu, 13 Oktober 2010 - "Sejumlah gas dingin menyebar, yang belum secara aktif membentuk bintang, ada lebih dari dua kali lipat gas banyaknya dari perkiraan sebelumnya."
Para ilmuwan dari Institut Niels Bohr telah mempelajari galaksi-galaksi jauh, yang termasuk dalam galaksi pembentuk bintang paling aktif di alam semesta. Mereka membentuk sekitar 1.000 bintang baru dalam setahun – yang 1.000 kali lebih banyak daripada galaksi kita, Bima Sakti.
Temuan ini telah dipublikasikan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
“Galaksi-galaksi itu terletak sangat jauh di alam semesta – ketika alam semesta hanya berusia 3 miliar tahun (setara dengan 20 persen dari usia saat ini). Itu adalah masa Alam Semesta ketika galaksi-galaksi sangat aktif, hampir seperti-remaja dan di luar kendali,” demikian gambaran dari Thomas R. Greve, profesor asosiasi di astrofisika Dark Cosmology Centre, Institut Niels Bohr di Universitas Copenhagen.
Bersama dengan para peneliti dari Royal Observatory, Edinburgh dan Universitas Durham di Inggris, dia telah mempelajari galaksi jauh dengan menggunakan Expanded Very Large Array, observatorium astronomi yang berlokasi di New Mexico, Amerika Serikat. Observatorium ini terdiri dari 27 antena parabola, yang masing-masing memiliki diameter 25 meter dan dapat mengukur gelombang radio dari obyek yang jauh. Data dari setiap antena dikombinasikan secara elektronik sehingga pengukuran terakhir memiliki resolusi sudut setara dengan antena tunggal dengan diameter 36 km, dan kepekaannya setara dengan antena tunggal dengan diameter 130 meter.
“Kami telah mengukur tingkat CO, yaitu karbon monoksida, yang merupakan salah satu molekul paling umum di alam semesta setelah molekul hidrogen, H2. Dengan menggunakan pengukuran, kami telah menghitung berapa banyak gas yang ada di dalam galaksi dan ternyata terdapat sejumlah gas yang sangat besar dalam galaksi,” jelas Thomas R. Greve.
Bahan baku bintang baru
Gas merupakan bahan baku yang digunakan untuk membentuk bintang di alam semesta. Di dalam galaksi, gas berkumpul dalam bentuk awan besar, yang menjadi lebih padat dan lebih padat lagi sebagai hasil dari tarikan gravitasi mereka sendiri. Akhirnya, gas yang menjadi sangat padat itu runtuh ke dalam bola gas bercahaya, yang membentuk sebuah bintang baru – awan hampir ‘meledak’ dalam bentuk kembang api kosmik menampilkan bintang-bintang baru.
“Apa yang baru tentang pengamatan kami ini adalah bahwa kami telah melihat sejumlah gas dingin menyebar, yang belum secara aktif membentuk bintang, dan apa yang dapat kami tentukan, ada lebih dari dua kali lipat gas banyaknya dari perkiraan sebelumnya. Ini berarti, masih ada sejumlah besar bahan baku, yang dapat mengembun dan membentuk bintang baru,” jelas Thomas R. Greve.
Pengukuran morfologi gas juga menunjukkan bahwa galaksi-galaksi itu tidak hanya lebih besar dari yang kami duga, tetapi juga sangat tidak beraturan bentuknya. Beberapa lama kemudian dalam perkembangannya, mereka akan mengalami pembentukan formasi bintang yang intens di mana mereka akan menjadi galaksi yang dewasa, beraturan, berbentuk elips seperti yang kita lihat di alam semesta kita saat ini.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan